5 Tips Konsisten Menulis Setiap Hari Untuk Freelance Content Writer

Sebagai freelance content writer di agensi penulisan konten, saya bisa menulis 5.000 kata per hari di minggu-minggu tertentu. (Saat ada bulk order dari klien.)

Kok bisa nulis banyak kata gitu setiap hari? Apa secret sauce-nya? Nggak burnout?

Karena bakal saya tulis semua rahasianya di artikel 5 tips konsisten menulis ini… akan segera jadi bukan rahasia lagi.

Steal this!

5 Tips dan Cara Menulis Dengan Konsisten Setiap Hari Tanpa Burnout

5 Tips dan Cara Menulis Dengan Konsisten Setiap Hari Tanpa Burnout
Ilutrasi: tips supaya konsisten menulis setiap hari

Sudah sembilan (9) bulan lebih saya menulis untuk Saungwriter (baca pengalaman lengkapnya di sini). Selama sembilan bulan juga lima tips ini membantu saya konsisten menulis tanpa harus mengalami burnout.

Dan tips yang pertama adalah favorit saya.

Yaitu:

1. One Bite At a Time (Fokus ke “Tugas” Kecil Aja Dulu)

YouTube video

Gimana caranya makan gajah?

One bite at a time.

Jadiin nulis dan menyelesaikan artikel itu sebagai big goals.

Karena menulis artikel adalah big goals…

Tugas kamu sebagai penulis adalah memecahkan big goals jadi fragment (pecahan). Biar apa? Supaya pecahan-pecahan kecil bisa tersusun sampai besar. Dan saat pecahannya sudah besar, tanpa kamu sadari…

Big goals sudah tercapai alias artikelnya kelar!

Simpel, kan? Simpel memang. Tapi pastikan kamu sudah tahu trik untuk mempraktekkan cara ini.

Triknya adalah… untuk setiap fragment/pecahan kecil yang selesai kamu susun…

Rayakan.

Celebrate!

Perayaannya pun nggak perlu gede dan mewah. Cukup perayaan lucu-lucuan.

Contoh:

Makan es krim misalnya?

Es krimnya juga nggak perlu yang mahal. Di warung dekat rumah kamu ada tuh es krim Rp 2 ribuan. Beli aja satu. Makan dan rayakan karena kamu sudah berhasil menyusun pecahan kecil pertama.

Catatan: please jangan jadikan ini alasan untuk bisa makan es krim tiap hari. Batasi 1x sehari biar kamu nggak diabetes.

Maksud Dari Pecahan-pecahan Kecil (Fragment) Itu Apa?

Masih ingat rumus yang kita bahas di atas?

  • Artikel = big goals
  • Fragment = pecahan kecil (baca: action) yang kita susun dan kumpulkan (baca: small action) sampai utuh.

Berdasarkan rumus ini,  berarti fragment adalah tugas-tugas kecil.

Tugas kecil ini bisa berarti:

  • Mengumpulkan sumber kredibel yang berhubungan dengan artikel yang akan kamu tulis
  • Mencari ide judul untuk artikel
  • Riset keywords & LSI artikel
  • Membuat featured image artikel
  • Menulis paragraf pertama artikel
  • Merancang poin inti (isi) dari artikel
  • Dan seterusnya.

Pokoknya kamu cuma perlu fokus menyelesaikan tugas-tugas kecil (small action) aja. Nantinya cepat atau lambat, tugas kecil yang kamu selesaikan aja jadi kesatuan fragment yang utuh.

Kalau fragment-nya utuh, berarti…

Big goals kamu tercapai.

Artikelnya sudah selesai!

Kuncinya Adalah: Saat Tugas Kecil Selesai = Rayakan!

Nggak usah fokus ke outcome (hasil akhir), fokus aja ke tugas kecil yang harus kamu selesaikan. Nah untuk setiap tugas kecil yang selesai… rayain, deh!

Jadi, gimana caranya makan gajah?

Ya… One bite at a time.

2. Tulis dan Keluarkan Dulu Semua Ide Tulisan di Kepala

Memes: Tulis dan Keluarkan Dulu Semua Ide Tulisan di Kepala
Dayum

Apa yang lebih nyeremin daripada masuknya e-mail revisi?

Ngeliatin selembar docs.new blank putih.

Setahun terakhir ini saya hampir menulis setiap hari…

Dan setiap hari juga saya kedatangan tamu; yang pasti kamu juga sudah akrab:

Writers block.

Di kesempatan kali ini… sambil mengingat perjuangan Wiji Thukul, 1986, saya cuma mau bilang:

Maka hanya ada satu kata: lawan!

Menurut saya, cara paling efektif untuk melawan writers block adalah dengan cara tulis dan keluarkan dulu semua ide tulisan yang ada di kepala kamu.

Cara ini jadi yang paling efektif karena dipakai oleh Ed Sheeran dan Neil Gaiman. 0.000001% top performers di bidangnya masing-masing.

Gimana caranya?

Perkenalkan, namanya adalah…

Creativity Faucet: Cara Paling Efektif Melawan Writers Block

Saya tahu istilah ini dari @julian. Setelah tahu dan kenal dengan konsep Creativity Faucet…

99,69% saya nggak pernah mengalami writers block.

Coba visualisasikan ide kreatif yang ada di pikiran kamu seperti keran air yang sudah lama nggak ngalir. Stuck.

Saat kamu menyalakan kerannya, warna air yang keluar pasti keruh. Kotor. Limbah. 

Air keruh ini harus dikeluarkan dulu supaya air yang bersih bisa keluar dari keran.

Karena keran ini cuma punya satu jalur… nggak ada cara lain untuk mengeluarkan air keruh di dalamnya selain terus menyalakan keran sampai air keruhnya habis.

Coba kita terapkan konsep di atas ke penulisan konten kreatif.

Saat pertama kali kamu buka docs.new, tulis dan keluarkan semua ide tulisan di kepala.

Ide tulisan jelek yang kamu tulis ini nggak perlu kamu kritisi. Nggak perlu kamu hapus. Nggak perlu kamu judge.

Terima semuanya.

Setelah semua ide tulisan jelek ini keluar, pada akhirnya tulisan bagus akan menyusul keluar karena… di kepala kamu sudah nggak ada ide yang jelek… ide tulisan jelek sudah keluar semua.

Langkah Praktikal Penerapan Creativity Faucet ke Dunia Content Writing

Setelah kamu terima content brief, buka docs.new dan mulai aja menulis topik yang sesuai dengan content brief.

Tulis semua hal/ide yang ada di kepala. Kalau topik penulisan yang kamu terima masih asing (kamu nggak tau sama sekali tentang topiknya), riset dan tulis semua fakta yang kamu temukan tentang topik itu.

Dan kalau bisa… fakta yang kamu temukan bukanlah fakta yang umum.

Saat kamu menemukan fakta baru dan bereaksi kayak gini: “Oh iya juga, yah,” Oh gitu…” “Bener juga nih,” “Wah baru tau gw.”

Langsung tulis faktanya!

Pokoknya tulis dulu semuanya. Toh, semua yang kamu tulis—walaupun jelek—bisa kamu edit, revisi, hapus.

3. Fokus Menyelesaikan Isi Artikel, Intro dan Outro Belakangan

Fokus Menyelesaikan Isi Artikel, Intro dan Outro Belakangan
Step-by-step tips menulis konsisten poin nomor 3

Saat awal memulai karir freelance writer, saya selalu menulis paragraf pertama dulu saat menerima keyword/brief.

Nggak ada yang salah memang…

Tapi masalahnya adalah, otak saya suka tiba-tiba stuck mikirin paragraf pertama yang cocok dan sesuai.

Bahkan bisa habis waktu berjam-jam cuma untuk brainstorming paragraf pertama.

Padahal…

Saat artikel sudah selesai isi dan poin utamanya… saya suka ngebongkar paragraf pertama (intro) dan akhir (outro) supaya lebih sesuai dengan isi artikel.

Akhirnya menyesal dan kesal sendiri: “kenapa ngabisin waktu buat nyari intro dan outro kalo akhirnya kena edit semuanya?!

Saat Menerima Brief/Keyword Artikel, Fokus Dulu ke Pembahasan Utama

Sekarang saya nggak pernah lagi pusing mikirin paragraf pertama dan terakhir. Bahkan cenderung tidak peduli. (Tidak selalu begini karena di beberapa kasus paragraf pertama lebih penting daripada isi.)

Sekarang yang pertama kali saya lakukan saat terima brief/keyword dari klien adalah:

  • Riset detil kompetitor (mengumpulkan siapa saja web yang ada di urutan 5 teratas SERP dan apa yang mereka bahas/tulis)
  • Mencatat poin utama dari apa yang mereka bahas di web
  • Menambah, mengurangi, dan juga validasi data semua poin yang saya catat
  • Langsung menulis poin utama artikel sesuai brief/keyword dan hasil riset.

Dengan step-by-step di atas, 99,69% saya nggak terkena writers block. Kenapa? Karena saya sudah tahu apa yang bakal saya tulis di awal.

Kenapa saya bisa konsisten menulis tiap hari tanpa burnout?

Karena saya sudah tahu langkah paling awal untuk dilakukan walaupun kertas masih kosong.

4. Gunakan Teknik Pomodoro (25 Menit Nulis, 5 Menit Istirahat)

Gunakan Teknik Pomodoro
Ilustrasi: pomodoro technique

Penggemar produktivitas dan lifehack suka nih teknik-teknik begini…

Saya pribadi nggak menggunakan teknik Pomodoro sama sekali karena nggak pernah ngerasa kalau ini efektif.

“Lah, terus kenapa dimasukin?”

Karena masih ada hubungannya dan (mungkin) bisa berguna untuk kamu yang sulit konsisten nulis.

Hubungan yang saya maksud adalah:

Waktu.

Manusia itu lebih efektif kerja kalau dikejar dengan waktu. Kalau nggak dikejar waktu (deadline), biasanya manusia-manusia ini hobinya mengulur alias procrastinate.

Nah dengan memanfaatkan teknik Pomodoro, ilusi dikejar-kejar waktu inilah yang bisa ngebuat kamu konsisten nulis.

Banyak orang yang pake rumusan 25 menit kerja (nulis), lalu 5 menit istirahat.

Karena tiap orang sikapnya berbeda, kamu harus temuin sendiri rumusan yang paling efektif. Saran saya nggak lebih dari 45 menit, sih.

Tapi kalau kamu ngerasa bisa fokus 60+ menit, go on… yang penting terbukti efektif buat kamu pribadi.

Teknik Pomodoro Ala Saya yang Super Ekstrim

Saya pribadi punya teknik Pomodoro sendiri yang rada ekstrim.

Masih pakai timer juga, kok. Bedanya adalah…

Saya nggak pake timer berupa jam.

Timer yang saya pakai adalah baterai laptop.

Jadi saya akan ke kafe dekat rumah bawa laptop tanpa chargernya. Dan saat sampai di kafe saya akan fokus nulis sampai baterai laptop habis.

Cara ini saya pakai berkali-kali. Bahkan pernah sampai 5x sehari. (Saran: datengin kafe yang beda biar nggak malu bolak-balik tapi cuma pesen minum.)

5. Biasakan Baca Hal Baru dan Tambah Terus Bahan Bacaan

Biasakan Baca Hal Baru dan Tambah Terus Bahan Bacaan
Baca.

Saya tau artikel ini ngebahas tentang cara konsisten menulis bukan membaca.

Tapi saya janji… menulis konsisten dan banyak membaca sangat berhubungan. Persis seperti kata Stephen King:

“Can I be blunt on this subject? If you don’t have time to read, you don’t have the time (or the tools) to write. Simple as that.”

Banyak baca hal baru akan menambah perbendaharaan wawasan kamu.

Dan semakin banyak perbendaharaan wawasan, semakin singkat proses riset yang kamu lakukan saat waktunya menulis karena ada cukup wawasan di kepala yang bisa kamu gunakan sebagai bahan menulis.

Bukan cuma itu…

Banyak baca juga akan mengekspos kamu dengan gaya, suara, dan genre tulisan orang lain. 

Singkatnya, membaca adalah sumber inspirasi untuk kamu.

Dan serunya, kamu bisa baca apa aja. Nggak harus non-fiksi. Baca buku fiksi juga boleh.

Dan serunya lagi…

Kamu nggak harus baca dari buku!

Kamu bisa baca dari blogger, medsos, dan dari YouTube juga boleh.

Platform/Medsos Bagus Untuk Menambah Perbendaharaan Wawasan

Twitter.

Kalau kamu belum punya akun Twitter, bikin dan main sekarang.

Ada banyak tokoh yang bisa membantu kamu memperkaya dan mempertajam wawasan menulis, seperti:

Banyak bahan bacaan (thread) di Twitter yang bisa jadi sumber kreatif kalau kamu merasa stuck atau writers block.

Contohnya ini:

Putting It All Together

Lima hal yang bisa membantu kamu konsisten menulis adalah:

  • One Bite At a Time
  • Tulis dan Keluarkan Semua Ide Tulisan yang Ada di Kepala
  • Fokus Menyelesaikan Isi Artikel, Intro dan Outro Belakangan
  • Gunakan Teknik Pomodoro (25 Menit Nulis, 5 Menit Istirahat)
  • Biasakan Baca Hal Baru dan Tambah Terus Bahan Bacaan

Apa teknik atau poin yang paling make sense dan paling kamu suka? Dan bisa tulis di kolom komentar?

Tulisan ini nggak berguna sama sekali kalau kamu nggak langsung praktek tips konsisten menulis di atas. Praktek satu dulu sebelum komentar, dong!